Sabtu, 08 Agustus 2009


Cinta yang Sederhana

Cinta, ooh... cinta. Begitu dahsyatnya cinta sehingga tidak mudah untuk mengurai cinta. Dia bisa begitu misteri, sulit ditebak. Kadang cinta berkilau bagai permata, menakjubkan dan mempesona kerelung hati yang paling dalam, bahagia, sangat menyenangkan. Kadang pula cinta menusuk jantung seperti jarum berbisa yang membuat hati tercabik-cabik, air mata berderai-derai. Senja kelabu bermuram durja bagai seroja yang terluka.

Ada apa dengan cinta ? Begitu menyayat rintihan hati nan patah cinta. Masih ingat lagu Gebby yang beberapa bulan yang lalu heboh karena dianggap begitu misterius ? “ Jauh kau pergi.... meninggalkan diriku..... Disini aku menantikan dirimu.... Ingin kucoba kucoba... mencari penggantimu. Yang tak seperti dirimu, cintamu ooh..kekasih...” Meski kemudian cerita bunuh dirinya Gebby , dikabarkan hanya rekayasa untuk memunculkan ketenaran nama salah satu kelompok band, tapi penomena bunuh diri karena cinta memang ada dan nyata.

Masih penasaran dengan keanehan cinta. Saya mencoba mengklik google.com tentang selingkuh. Disitu banyak cerita maksiat atas nama cinta. Tidak habis pikir, ada buku berjudul “Selingkuh itu Indah”. Disitus yang sama Saya juga menemukan petunjuk-petunjuk selingkuh jitu dan aman. Jika Anda ingin selingkuh Anda aman dan sehat, jangan sekali-kali simpan fhoto sidia di hp Anda. Wah... wah..... emang ada selingkuh yang menyehatkan ? Saya pikir, cinta sudah sangat tidak sehat.

“Saya selingkuh karena merasa dikhianati oleh suami, Saya sudah menyerahkan cinta suci dan dia telah menodainya. Sakit hati Saya terus membayang dan Saya tidak mampu memaafkan. Saya merasa puas telah membalasnya”, begitu paparan seorang wanita. Ada komentar yang begitu mengejutkan bagi Saya, “Sebelum selingkuh, hubungan kami berdua sangat hambar. Selingkuh membuat hubungan kami menjadi hangat lagi.. Kami saling mengetahui jika masing-masing punya pasangan selingkuh”.Na'uzubillah... atas nama cinta, maksiat berbalas maksiat. Atas nama bejatnya nafsu, maksiat tanpa malu-malu diekspos. Setan memang pandai mencari-cari alasan atas perbuatan dosa.

Atas nama cinta sering orang menghambur cinta, mereka menjadi pecandu cinta. Dr. Connel Cowan dan Dr. Melvyn kinder dalam bukunya Smart Women Foolish Choices, membagi wanita pecandu cinta menjadi 4 jenis:

Pertama, wanita yang mengaburkan antara cinta dan rindu. Pola cintanya bersifat perburuan (hunt), menguasai (conquer), dan menbuang (discard). Wanita ini merasa dicintai saat awal perjumpaan sebelum ada komitmen. Begitu pria menyatakan komitmennya, ia langsung kehilangan minatnya. Baginya cinta bukan having tapi wanting, sehingga terjadi pengejaran tiada henti untuk mendapatkan buruan.

Kedua, wanita yang selalu ragu dan mempertanyakan arti dirinya di dunia. Wanita ini tidak memiliki kepercayaan yang baik, apalagi untuk belajar mempercayai orang lain meski suaminya sendiri. Ia tidak yakin bahwa ia layak dicintai. Ketidakpercayaan ini selalu membuatnya gelisah, sehingga ia berpindah dari satu laki-laki ke satu laki-laki lain hanya untuk menaikkan rasa harga dirinya.

Ketiga, wanita yang selalu merasa tidak aman. Mereka hanya merasa aman saat bersama laki-laki. Semboyan hidup mereka adalah “I am noting without a man”. Ia merasa kesepian dan kosong tanpa laki-laki yang mencintainya, yang membantu mereka merasa utuh. Baginya laki-laki adalah simbol kewanitaan. Cinta jenis ini membuat wanita berilusi untuk menemukan pria ideal yang dapat membuat mereka utuh dan aman. Wanita ini akan berpindah dari satu laki-laki kepada laki-laki lain, dan ia percaya bahwa menemukan laki-laki yang tepat hanya soal waktu saja.

Keempat, wanita yang sangat menyukai atau tergila-gila dengan percintaan. Wanita ini akan mengobral cintanya namun tidak sungguh-sungguh.Ia hanya menyenangi rasa fress dari percointaan yang masih baru. Rasa antusias (exiting)nya akan berkurang sejalan dengan semakin dekat dan kenalnya ia dengan pasangannya. Wanita ini tidak menyadari bahwa perubahan emosi yang terjadi merupakan fenomena alamiah jika sudah saling kenal. Ia melihatnya sebagai sebuah kesalahan sehingga hilanglah cinta.

Napas Saya begitu berat hingga berkunjung kerumah teman perempuan Saya. Seorang wanita setia, sangat setia. Suaminya laki-laki ganteng nan parlente dan banyak uang. “Saya sangat mencintai suami Saya, I love my husband verry much”, dengan bangga dia bercerita tentang keindahan cinta mereka. Kemudian dilain waktu, Saya berkunjung lagi. “Punya suami seperti ini, membuat jantungku tidak stabil, sering dipaksakan berdetak cepat-cepat” curhatnya. Benar-benar terlihat berbeda raut wajah teman Saya yang sebenarnya cantik ini. Tak ayal, balutan busana elit dengan sutera yang paling lembut dan make up termutahir dari salon yang termahal, tidak mampu menutupi gurat-gurat derita dan kecemasan diwajahnya, raganya sakit-sakitan. Sepertinya dia sangat perlu bantuan seorang psikiater. Atas nama cinta, Saya prihatin pada cintanya perempuan teman Saya.

6 Tingkatan Cinta

Saya mencoba menganalisa keanehan cinta ini dengan awalan mengutif nasehat Azzam melalui pena Kang Abik : Ibnu Athaillah berkata bahwa tidak ada yang bisa mengusir dan kecintaan pada kesenangan dunia selain rasa takut kepada Allah yang menggetarkan hati, atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hati merana.

Bergetarnya rasa dan merananya hati adalah 2 keadaan cinta. Getar-getar asa kita pada sidia tidak akan pernah buta dan gelap mata jika dikalahkan oleh getar asa kita karena Allah. Begitu juga jika kita sibuk konsentrasi terpekuk minta didekati dan dekat dengan Allah, maka jiwa tidak akan sempat merana diri. Sakit kepala karena cinta ?... udah lupa, tuuh...

Artinya begini, cinta kita kepada Allah akan membuat bagian dari cinta duniawi kita menjadi tertata dan tidak akan pernah merugi diri. Penghambaan kita kepada Allah akan segera menghapus kesenangan berlebihan yang berakibat pada takabur cinta atau kepedihan yang amat sangat berakibat pada putus asa cinta. Kesibukan kita pada cinta yang lebih besar (tuhan) akan segera menghapus kesibukan kita pada masalah cinta yang kecil (makhluk). Cinta memang akan selalu indah jika pas porsi dan takarannya, ditempat yang tepat. Sebagaimana kebutuhan kita sebagai makhluk hidup, maka cinta juga punya prioritas kerja yang harus benar-benar pas pula. Jika melenceng sedikit saja akan patal akibatnya.

Untuk lebih jelas, Saya akan uraikan 6 tingkatan cinta itu : 1. Cinta Menghamba hanya kepada Allah SWT. 2, Cinta mesra hanya kepada Rasulullah. 3. Cinta kasih sayang karena iman untuk sebuah keluarga sakinah mawaddah warahmah. 4. Cinta persaudaraan untuk sesama umat Islam. 5. Cinta empati yang menimbulkan etika dan moralitas kepada sesama manusia. 6. Cinta materialisme atas dasar nafsu dan syahwat.

Misalnya seperti ini, suami anda mencintai anda karena anda cantik, seksi, hidung mancung, kulit putih dan mulus, hanya ini. Maka tingkatan cinta suami anda berada diurutan paling buncit (urutan 6). Cinta urutan terendah ini rentant bermasalah. Ketika senyum sekretaris dikantornya lebih manis dari senyum anda dan lebih perhatian dari anda. Bayangan kecantikan anda bisa pudar dan cinta bisa hilang begitu saja. Alhasil, hantu perselingkuhanpun, bisa jadi membayangi rumah anda.

Cinta yang hanya bersumber kepada hawa nafsu akan menimbulkan obsesi dan suatu saat akan terjadi ketidakharmonisan. Candu cinta akan terjadi karena syahwat akan selalu menggiring kita untuk mengulang yang telah dirasakan. Pantasi tentang pengulangan cinta inilah yang sering dijadikan alasan klise orang untuk segera memiliki Wanita Idaman Lain atau Pria Idaman Lain.


Kondisi ini berbalik seperti cerita teman perempuan Saya yang memprihatinkan tadi, tidak jarang cinta menjadi begitu besar. Dia adalah pasangan hidup Saya yang sempurna, dia sangat baik dan dia idola Saya dalam segala hal. Cinta Saya pada suami begitu besar tak terbatas, seperti langit dan bumi, mesra, lengket dan tak terpisahkan meski oleh tuhan sekalipun. Seperti Romeo and Juliet.

Anda telah ketagihan cinta. Ketagihan cinta, begitulah istilah dari seorang pakar psikologi Mba Eny Sukresno. Tanyakan saja kepada Bung Andrea Hirata atau Mas Iqal di belantara Laskar Pelanginya, Saya yakin bahwa ketagihan cinta masuk dalam daftar penyakit gila entah nomer yang keberapa.

Seorang yang jatuh cinta akan bertingkah laku cinta. Akan tetapi kita juga dapat merasa marah , frustasi, benci atau bosan kepada orang yang kita cintai, inilah paradoks cinta, kata Mba Eni Sukresno lagi.

Wanita sering menjadi korban “cinta sejati” mudah terpengaruh “rayuan gombal” laki-laki. Robin Norwood, seorang terapis dalam bukunya Woman Who Love Too Much mensinyalir bahwa ada satu gejala yang terdapat pada wanita yang sedang jatuh cinta. “When being in love means being in pain, we are love too much.”


Ketagihan cinta merupakan sikap yang sangat menakutkan. Wanita sebenarnya tidak senang dengan keadaan ini. Ia ingin lepas dari semuanya, namun takut. Orang yang mencintai secara berlebihan akan dipenuhi rasa takut. Takut ditinggal sendiri, takut tidak dicintai, takut tidak dihargai, takut diabaikan. Kita mencintai laki-laki, berharap mereka akan mengurangi rasa takut. Bersikap seperti kesatria penolong. Rela hancur demi kebahagiaan orang lain semata-mata karena orang tersebut, bukan karena Allah SWT.

Wanita yang punya cinta jenis seperti ini akan bernasib seperti lilin yang meleleh. Kekuatan cahaya Anda akan sangat bergantung pada nyala api pasangan hidup Anda. Lilin rela meleleh untuk menerangi orang lain, hancur demi cinta. Ketagihan cinta akan membuat ketergantungan cinta makhluk dan Anda akan jatuh pada menduakan Allah sebagai penguasa hidup manusia. Sikap panatik yang berlebihan ini juga akan jatuh pada sikap menduakan Rasulullah sebagai manusia paling sempurna, benar-benar Rasulullah adalah akhlakul karimah yang tiada tercela. Cinta Anda pada pasangan hidup anda begitu buta sehingga seakan tidak ada yang paling benar dan lebih baik selain sidia.

Cinta diatas Cinta

Begitu mengharu biru cinta, seorang laki-laki Bani Umayyah, Umar bin Abdul 'Aziz Rahimahullah ketika jatuh cinta kepada seorang gadis, tapi tak pernah kesampaian karena Fatimah binti 'Abdul Malik, isterinya, tak pernah sudi diduakan.

Hingga kemudian Fatimah datang dengan ketulusan hati bersama gadis cintanya Umar. Ketulusan hati Fatimah yang mendamba senyum mengembang lagi diwajah suaminya yang sendu. Nyala cinta itu berbinar, merajut kembali sumbu harapan, membirukan warna romantika dikelelahan hatinya.

Tetapi mengejutkan, cinta semasa dan cita besar perubahan bertemu dan bertarung. Disini, kata Ustadz Anis Matta, dipelataran hati sang khalifah, Umar justru menikahkan gadis itu dengan pemuda lain.
“Umar, dulu kau begitu mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu sekarang ?” gadis itu bertanya sendu. Umar bergetar haru, ada sesak didadanya, “cinta itu masih tetap ada. Bahkan kini rasanya semakin dalam.”.

Pandangilah pasangan hidup Anda dengan hati yang tulus, jika bunga-bunga cinta dihati tumbuh karena seiring sinyal getaran cinta kepada Allah, maka Anda sudah punya konsep cinta diatas cinta. Hanya mereka yang punya konsep cinta diatas cinta yang bisa mencinta dengan sederhana. Jika perbuatan-perbuatan cinta yang kita lakukan setiap hari bukan atas nama sidia (cinta sederhana) melainkan kita lakukan atas nama yang Maha Pencipta cinta (cinta diatas cinta), siapakah lagi yang mampu mencipta keindahan cinta. Allah akan segera mencipta bunga-bunga cinta terindah sebagaimana Al Qur'an Surah Ar rum ayat 21 ; “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah ia menciptakan isteri-isteri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian merasa cenderung dan merasa tenteram kepadanya.”………… Allah juga akan segera segera memberi karunia kesejukan hati sebagaimana Al Qur'an surah Al Furqan ayat 74 “Ya Allah, jadikanlah keturunan dan pasangan hidup kami qurrata 'ayun penyejuk mata kami........”

Cinta yang sederhana adalah cinta yang sedang-sedang saja. Dia penengah dari semua problema cinta. Dia tidak akan terpuruk kedalam cinta yang paling hina, cinta hawa nafsu. Sekaligus juga dia tidak akan lepas kontrol keluar jalur berlebihan memuliakan cinta, ketagihan cinta. Cinta yang sederhana ini ada diperingkat 3 dari tingkatan cinta. Dia adalah prasyarat tercapainya keluarga sakinah mawaddah warahmah.

Banyak orang sudah cukup merasa puas berada diperingkat ke 4 dari cinta. Umumnya sudah merasa tenang dan merasa tanpa masalah lagi jika menikah dengan sesama orang Islam. Ini sangat belum cukup ! Raga Islam Anda mungkin telah menyatu, tapi jiwa Anda, belum. Anda berdua harus segera meningkatkan rasa cinta Anda atas dasar cinta dan iman. Iman akan mampu merubah konsep cinta dari menuntut menjadi memberi. Melaksanakan amanah dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya atas nama Allah, bukan atas nama pasangan hidup Anda. Disinilah terjalin ketulusan cinta dari sebuah kesederhanaan.

Terharu Saya dikeheningan malam, ketika Saya meminta, “Ajari isterimu ini, sebuah cinta yang sederhana”. Dengan pandangan yang tulus, suami mencium ubun-ubun kepala Saya sambil berkata, “Aku cinta engkau wahai bidadariku. Tapi aku lebih cinta ilahi Rabbi.” Setelah itu mata kami berkaca-kaca dengan penuh harap dan cemas kami memohon, “ Ya Allah.. karuniakan antara kami berdua, cinta yang sederhana, cukup, cinta yang sederhana.”



Minggu, 05 Juli 2009

Assalamu’alaikum, bidadariku


“Assalamu’alaikum, bidadariku……”

Berkesan suatu saat dengar pesan dari Mario Teguh :

Jika memang seorang suami tidak pernah berdoa, “Ya Tuhan…. Jadikan isteriku yang paling tercantik dihatiku.” Lalu suami tersebut punya rencana apa untuk keluarganya ??

Sering kita punya angan sebuah keluarga yang harmonis ; suami yang penyayang dan berwibawa, isteri telaten sempurna bak bidadari, anak-anak yang sehat cerdas dan soleh, rumah yang lapang dan sejuk dihati, kehidupan keluarga impian yang cukup memuaskan. Cukuplah sebagai pengusir rasa penat untuk mengumpulkan energi di keesokan harinya.

Seiring itu pula kita sering lupa bahwa angan tersebut tidak bisa dicapai dengan mimpi, butuh aksi nyata, butuh tindakan yang dimulai dengan sesuatu yang paling sederhana. Bukankah sesuatu yang besar dimulai dengan hal-hal yang kecil ?

Bagi anda yang sudah ditakdirkan memiliki pasangan hidup, tahukah anda bahwa menciptakan sosok bidadari di hati anda dan pasangan hidup anda adalah merupakan kejutan awal untuk keindahan rumah anda ? Jika konsep bidadari telah menjelma dihati, rasakan bagaimana itu akan memberi inspirasi dalam hidup dan pribadi anda. Saya pribadi sudah merasakan sendiri bagaimana manfaat gelora bidadari dalam bilik hati saya yang paling dalam.

Saya ingin berbagi pengalaman sedikit bagaimana proses bidadari terjadi dalam diri saya :

Awal menikah dengan laki-laki penyayang bernama Firman Rizanie, waktu itu saya berumur 25 tahun dan Saya tau dan sangat sadar diri bahwa Saya bukan seorang bidadari (lagian, mana ada bidadari matanya minus sampe harus pake kaca mata ?he…he…). Jika Saya tanyakan ini pada suami, dia selalu menjawab,”ah, itu perasaan Ayang doang, deeh…” begitu panggilan kesayangan suami kepada saya. Saya tau dia akan menjawab ini karena dia suami yang baik. He 3

Tahukah apa yang terjadi kemudian di awal pernikahan kami ? Rumah kami penuh dengan masalah. Banyak hal-hal buruk yang telah terjadi. Kabut kelabu telah mewarnai catatan hati kami.

Saya berkutat dengan rasa ego Saya sebagai perempuan. Saya ikat ego itu, Saya bungkus rapat-rapat didalam hati. Sementara suami Saya sangat santai dengan kepolosannya… dengan logikanya. Hati saya tercabik-cabik, dia seperti tidak pernah mengerti, tidak pernah memahami, ngga pernah mikir. Hingga kemudian air hujan deras membasahi pipi isterinya. Dia bingung,”is there some think wrong, dear…? Ada yang salah ???”

Air mata saya mengharu biru di lembar buku harian saya yang juga biru.. Saya ingin berontak dari rasa kurang nyaman ini, melampiaskannya dengan tersedu-sedu kemudian berhambur kedada suami saya yang bidang, ehem…. Tapi, saya tidak bisa bicara ! Alhasil 2 lembar emosi telah terisi dengan tulisan-tulisan acak dan sesekali tintanya nyebar karena nyampur ama air hujan lokal.

Sebagai isteri yang baik, Saya tidak harus menangis setiap hari, bukan ? Besok Saya tersenyum dipagi hari menyapa cinta, “there is not some think wrong, dear ?... semuanya baik-baik saja.” Senyum Saya benar-benar bisa meyakinkan suami bahwa tidak ada yang salah kemarin itu. Saya aja yang cengeng. Saya mengunci kisi hati. Saya kunci rapat-rapat ego Saya yang sedikit itu dan Saya seperti lapar ego.

Jadi ingat konsep Mba Afifah Afra tentang konsep lapar ego. Hanya orang-orang yang kenyang ego yang bisa mencintai dengan tulus meski harus mencintai orang dengan tipe yang paling buruk sekalipun. Ya, karena cinta itu memberi bukan menuntut. Suami Saya baik-baik saja, bukan yang terburuk. Ego Saya yang lapar membuat Saya tidak mampu untuk belajar mencintai dengan baik.

Saya memelihara rasa lapar ego itu dan memenjarakannya di bilik cinta Saya. Satu bulan kemudian Saya menangis lagi, buku harian sayapun basah lagi dan gambaran cengengpun saya lukis lagi. Alhasil, besoknya saya tersenyum lagi.

Hingga setahun berlalu, saya tetap menangis dengan air mata yang sama tidak berubah dan ajaib …., besoknya Saya tetap bisa tersenyum kembali. Buku birupun semakin tebal terisi dengan berbagai gejolak rasa esmosi…, eh, emosi jiwa. Suami sampe hapal dengan kebiasaan itu, “udah lama ngga hujan, niih…. Kayaknya bakal mendung lagi. Dah ada tanda-tandanya, tuuh..?”. Oh, my dear…. Kamu tidak tau betapa sering aku menangis diam-diam. Kamu pun tidak tahu betapa gejolaknya perasaanku yang tertulis di diaryku, ya, hanya tertulis.

Begitulah yang terjadi, kehidupan berkeluarga tetap berjalan normal. Suami saya bekerja mencari nafkah dan saya berkutat dengan urusan domestik, memasak, nyuci, hamil….. momong anak, hamil lagi….. momong anak lagi , ditambah dengan momong suami tentunya. Bukankah seperti ini aktifitas normal yang sering kita lihat di banyak keluarga ?

Sampai kemudian ada hal mendesak yang mendorong saya kembali banjir, banjir tsunami yang lebih dari biasanya. Saya jadi ingat tragedi Situ Gintung, luapan dan desakan air yang menghambur meluluhlantakkan rumah-rumah penduduk sekitar, korban bergelimpangan. Sama seperti saya, desakan banjir dari hati saya tidak bisa ditahan lagi. Saya sudah bertekad, saya ingin mengakhiri hubungan keluarga ini, saya ingin cerai.

“Maafkan, isterimu ini sudah tak kuat. Saya sudah pikirkan beribu-ribu kali, kelihatannya alternative itu tidak salah, apakah kita harus sendiri-sendiri ?..” berpaling wajah saya sodorkan tulisan singkat dari robekan catatan biru yang basah. Sementara suami saya termenung dalam diam. Seperti biasa, dia bingung, bingung dengan robekan air mata saya dan bingung dengan kondisi saya.

Seperti biasa, kami diam. Berbeda seratus enam puluh derajat ketika kami biasa mengobrol tentang banyak hal. Pada saat kami harus berbicara tentang diri sendiri, hanya antara diri aku dan kamu, kami benar-benar kehilangan bahasa. Uh… betapa tidak mudahnya mengungkap cinta dan betapa sulitnya mengurai cinta…., hingga cinta itu akan pergi, tidak ada kata-kata.

“Prang !.....” tsunami itu mulai menghantam dinding rumah kelabu. Pigura dengan senyum permaisuri yang manis harus jadi korbannya. Robekan biru ternyata tidak sekedar catatan, “aku tidak main-main….., mengapa tidak ada jawaban !” begitu kiranya setan yang bergelayut dihati yang sendu.

Suami tak bergeming dalam diamnya, dia pergi begitu saja. Sementara saya pusing dengan desakan banjir yang dah kehabisan airnya. Saya lemas dalam emosi, “Ya Allah…. Berikan keputusan itu malam ini juga… aku jenuh..” Saya sudah persiapkan semuanya, dikamar kedua jagoan kami dah lelap dalam mimpinya, mimpi dunia anak-anak yang indah, begitu polos, tidak ada yang dipendam.

Saya dah kehabisan air…, oh, tidak… ada suara gemericik air yang jatuh, terdengar diujung dapur. Ya, suami saya sedang mengambil air wudhu. Kupandangi punggung suami yang lebar, sudah 15 menit dia berdoa, punggung itu naik turun, saya merasakan getaran nafas yang berat. Apa yang paling berat dari seorang suami ketika dihadapkan pilihan berpisah dari permaisurinya. “Maafkan, saya belum yang terbaik….”.

Kebisuan menyergap… sementara jam sudah berdentang 12 kali, sudah tengah malam. Ah, diam yang menjemukan. Kusodorkan utuh semua lembar-lembar biru, penuh dengan lara sebagai jawaban figura yang jatuh berkeping-keping, seperti hatiku. Perlahan tapi pasti suami membuka lembaran yang memang sudah diberi ciri.

Lembar pertama dibuka,

………..Tapi mengapa hati ini tidak tenteram dalam istana ini, sayang ?, mengapa ??.... Tergiang ditelingaku bunyi surah Ar Ruum ayat 21 ; “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah ia menciptakan isteri-isteri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian merasa cenderung dan merasa tenteram kepadanya.”…………

Suami mengambil nafas panjang dengan mimik wajah sangat serius.

Lembar berikutnya dibaca, suami menatap langit-langit rumah sebelah kiri, menggambarkan lagi ingatan pada kejadian-kejadian yang memang tidak pernah terlintas akan memenuhi lembaran biru isterinya. Dia kembali menarik nafas panjang dan mimik wajahnya sedikit lebih santai.

Berpuluh lembar biru mengiringi malam yang dingin, sebanyak itu pula suami mulai mengerti siapa isterinya, sirat sembabnya kelopak mata yang tidak terhiraukan, pucuk cinta seorang wanita yang mendamba pangerannya. Dia kembali menarik nafas panjang, “Maafkan aku, isteriku…”.

Terkadang suami tidak tahan untuk menyembunyikan kulum senyumnya, tapi hanya sejenak, dia kembali serius dan kembali dengan nafas panjangnya, hingga lembar biru terakhir :

………………………Tanpa terasa beberapa tetes air mataku yang sudah dingin menetes ke wajah suamiku “bangun suamiku ... lihat isterimu ini. Tolong beritahu bagaimana caranya agar aku bisa merasa telah menjadi bidadarimu ..” ingin kuguncang-guncang tubuh suami yang terlalu lelap……………….

………………Tubuhku menggigil. Aku begitu kedinginan. Sungguh aku menginginkan kehangatan. Aku rindu sekali dekapan dari seorang laki-laki yang bisa membuatku merasa paling cantik di dunia. Kupeluk dan kuciumi suami . Tangisku kesegukan………………….

Suami menatap saya yang sungguh, malu. Marah dan sakit hati lenyap seketika kalah oleh rasa malu. Betapa rasa lapar egoku telah tertelanjangi sekejab oleh lembaran-lembaran biru itu, lapar ego yang tak mungkin terungkapkan lewat kata-kata.

Suami menyodorkan lembar biru yang baru, “Ada yang ingin dituliskan lagi, bidadariku ?...”

Mataku memanas lagi,”Apakah aku mungkin menjadi bidadarimu ? Aku kelelahan…”. Lembar biru yang sendu dan malu-malu.

“Allah akan segera menciptakan bidadari dihati kita. Insyaallah….. jika Allah masih memberi waktu untuk seorang suami yang belajar menjadi dewasa. Suami yang malang ini semakin yakin, engkau, bidadariku..” . Suami melukisnya dengan tulisan yang paling indah.

Sejak saat itu, saya tetap menangis, dan keesokan harinya saya tersenyum dan menuliskannya, “saya sedang belajar menjadi bidadari, sayang?”. Begitulah seterusnya, saya masih menangis dan setelah itu saya merasa lebih cantik untuk menjadi bidadari. Apakah seorang perempuan sangat mudah untuk menangis untuk memelihara rona keindahan fisiknya ? Saya merasa lebih lega setelah menangis.

Pernah saya merasa hampir putus asa dan saya menangis lagi. Lembar biru itu berbicara lagi, “menjadi bidadari rasanya terlalu sempurna…, tidak mudah untuk menjadi bidadari…”. Terkadang diam-diam dalam sepertiga malam saya berkubah air mata dalam doa, “ Ya Allah…. Bantu kami menciptakan bidadari sorga dibilik hati kami yang terdalam..”, dan besoknya ada energi dahsyat, saya tersenyum penuh harap, ada bayang-bayang bidadari sorga disana.

Dan suami saya, subhanallah…… dia menjadi jauh lebih dewasa. Bulir-bulir air mata saya yang berbekas dilembaran biru itu, telah membuatnya menjadi lelaki yang lebih cerdas rasa, naluri. Seperti yang sudah-sudah, dia tetap penyayang. Dan saya sendiri, subhanallah……. Senyum dan tangis yang menghiasi gurat-gurat usia yang semakin bertambah memasuki kepala 3, kata suami, saya selalu bertambah cantik.

Saya tahu, ada doa yang tulus dari seorang laki-laki yang memang ditakdirkan Allah SWT menjadi kekasihku ini. Setiap hari pagi dan sore, dengan pandangan mata yang tidak pernah dibuat-buat, cinta menyapaku, “Assalamu’alaikum, bidadariku….”


Subhanallah…. Maha Cantik Allah yang telah mencipta ketentraman jiwa 2 insan. Apa yang ingin saya sampaikan kepada anda ?...

Lihatlah, betapa “MENULIS” telah menolongku dari gejolak jiwa yang sebenarnya bisa sangat merugikan bagi diriku sendiri. Menulis telah menolong menyelesaikan masalah hidup. Menulis membuat kita berpikir lebih panjang dan dewasa. Menulis membuatku lebih sabar. Menulis membuatku lebih mudah mengenal Allah SWT. Menulis, kata suamiku membuatku telah menjadi bidadari. Thanks a lot, my dear……






Sabtu, 30 Mei 2009

Aku Ingin Menjadi Bidadari


Ingin cantik seindah bidadari?
Bidadari bermata hitam dengan senyum yang amat menawan
Gaunnya harum dan panjang dari sutra ungu nan lembut
Pancaran matanya teduh menenangkan sekaligus begitu mempesona
Pancaran itu perpaduan kecantikan dan kecerdasan
Bidadari surga
Subhanallah......
Allah Maha Indah dan menghargai keindahan
Tahukan kau ??...
Untuk menjadi bidadari surga
Kita kudu belajar menjadi bidadari dunia
Mari kita belajar menjadi cantik seindah bidadari
Mari kita mulai dengan.....
M E N U L I S .......
.